Langsung ke konten utama

Berantem

Saya dan istri lagi ngobrol-ngobrol selepas isya.

"Neng, aku teringat kejadian waktu SD. Waktu itu ada temen les bahasa inggris ku mau berantem."
Istriku, Yaya, nyimak.

"Iya waktu SD aku les bahasa inggris. Meski dulu keluargaku miskin (wkwkwk), ayah sama mamak ngeusahain banget pendidikan anaknya. Jadi, waktu kelas 3 SD aku sempat les bahasa inggris. Setahun les, aku berhenti les karena masalah biaya. Terus pas kelas 5 SD ada kompetisi bahasa inggris di suatu bimbel. Siapa yang dapat peringkat 3 besar, dapat beasiswa pendidikan di situ. Aku ikut. Eh, alhamdulillah juara 2. Padahal lawanku anak-anak les semua."

"Apa hubungannya ceritamu ini sama cerita temenmu mau berantem?" tanya Yaya.

Ternyata Yaya sudah mencium bau-bau kesombongan dalam ceritaku. Aku kembali bercerita.

"Hehehe... Sori. Jadi di bimbel tempatku dapat beasiswa, aku punya temen-temen yang pinter. Tapi, kerennya mereka itu gak nerd. Pandanganku tentang orang pintar sejak itu berubah. Kupikir orang-orang yang ranking di kelas itu pasti nerd, pasti menjaga pergaulannya."

"Terus?"

"Terus, ada temenku, namanya Rio, ngomong ke aku."

'Li, Ega sama (aku lupa namanya, kita sebut aja dia Hendra ya) Hendra mau berantem habis les nih. Pada mau ke lapangan X belakang bimbel kita.' kata Rio waktu itu.

"Ega itu juara 1 di kelas sekolahnya. Rio juga. Mereka tuker-tukeran lah juara 1-nya.

Nah, jadi waktu itu sore hari, habis bimbel, kita berkumpul di depan bimbel. Aku ngelihat Ega dan Hendra juga udah ada di situ. Beberapa sesaat kemudian, kami jalan menuju lapangan. Temen-temenku, Ega dan Hendra mau berantem. Hiiii..

Selagi jalan menuju lapangan bersama teman-teman lainnya, aku ngeliat Ega dan Hendra jalan berdampingan. Sungguh pemandangan aneh.

Sampe di lapangan, Ega dan Hendra ngelepas tasnya, dititipkan pada teman-teman lainnya.

Mereka berdua di tengah lapangan. Sedetik kemudian, mereka adu jontos. Literally, meninju satu sama lain. Pemandangan macam apa ini? Aku melihat teman-teman yang lain juga diam saja menonton mereka berkelahi. Kok bisa begini ya? Jujur, itu pengalaman pertamaku.

Mereka jago berkelahi. Padahal, Hendra ini jago bahasa inggris. Pinter di kelas. Ega juga pinter.

Kakiku kesakitan. Ternyata digigit semut.

Ega dan Hendra masih berkelahi. Sekitar 2 menit berkelahi, mereka selesai. Minta tasnya masing-masing yang tadi dititipkan.

Ega dan Hendra? Keduanya babak belur. Wkwkwk... Mukanya benjol benjol.

Duh-duh." aku mengakhiri ceritaku pada Yaya.

Lalu Yaya tertidur pulas tersenyum menghargai cerita suaminya. Udah gitu adjah.

Komentar