Pergi ke warung buat beli teman skripsian (baca: Tor*bika Cappucino). Sampai di warung, ketemu seorang mas-mas (baiknya ditulis ‘mas-mas’ yang bisa-saja-nanti-dikira-jamak atau tulis ‘mas’ aja yang kelihatan-agak-aneh-untuk-dibaca, ya?). Mas-mas ini sudah lama sekali saya ingin ajak bicara karena baru sekitar dua bulan ini dia kelihatan sering berjamaah di masjid. Sehingga buat siapa saja berpikir kalau mas-mas ini mungkin saja merupakan orang baru. Kupikir, di warung sekarang inilah sepertinya saya diberikan kesempatan oleh Allah untuk ngobrol-ngobrol dengan masnya, sekadar ingin menuntaskan keingintahuan kenapa baru kelihatan perkenalan saja. Saya menunggu masnya selesai membeli. Selesai dia membeli, saya dihadapkan atas dua pekerjaan sekaligus: mencegat masnya agar tidak pergi-duluan-biar-bisa-diajak-ngobrol dan berusaha mencegah ibu-ibu warungnya tidak menganggap saya orang yang memberi harapan palsu yang datang-ke-warung-bukannya-membeli-tapi-malah-cuma-ngobrol-dengan-pembeli