“Ini kamarku. Kalian tidur di sini, ya,” kata Angga selesai mengantar kami ke kamarnya. Aku melihat kamar Angga adalah kamar anak cowok yang memiliki hati yang lembut bagaikan duri. Begitu jika tidak mau dikatakan ‘kamar cewek’. Bagaimana tidak? Kamarnya itu rapi, bersih, harum, dan terlalu memiliki suasana yang feminim banget. Tapi, tunggu, Angga. Kamu tidak boleh bangga. Kamar-anak-cowok-yang-memiliki-hati-yang-lembut-bagaikan-duri ini adalah kamar yang kau tinggalkan berbulan-bulan, kawan. Itu artinya orang lainlah yang merawat kamar ini. Kemungkinan besar adalah ibumu. Bukan kamu, kawan. Bukan. Hohohohohoho…. Selesai menata barang di kamar-anak-cowok-yang-memiliki-hati-yang-lembut-bagaikan-duri ini, aku, Wahyu, Wawa, dan Arif keluar menuju ruang keluarga yang sekaligus ruang tamu. Kami disuguhkan cemilan. Melihat cemilan itu mataku nanar. Menatap dengan birahi. Terlalu sayang untuk tidak dijamah. Lahap. Ya, kami lahap memakannya. Terlebih lagi Wahyu yang kera