Ada satu hari yang dianggap manusia adalah hari spesial, hari yang lebih spesial dibanding hari-hari biasa lainnya pada satu tahun. Iya, itulah hari ulang tahun.
Mengapa hari ulang tahun dianggap spesial? Ternyata, kita mengetahuinya dari orang kafir. Iya, kalau bukan dari orang kafir, kita tidak akan tahu atau menganggap bahwa hari ulang tahun adalah hari yang patut dirayakan dan hari yang dianggap spesial. Mengapa begitu? Karena hari ulang tahun itu tidak dikenal dalam Islam.
Orang Nasrani yang pertama kali mengadakan pesta ulang tahun adalah orang Nasrani Romawi. Beberapa batang lilin dinyalakan sesuai dengan usia orang yang berulang tahun. Sebuah kue ulang tahun dibuatnya dan dalam pesta itu, kue besar dipotong dan lilinpun ditiup. (Baca buku :Parasit Aqidah. A.D. El. Marzdedeq, Penerbit Syaamil, hal. 298)
Memang tidak jarang umat muslim ikut-ikutan menganggap spesial hari ulang tahun. Padahal, anggapan seperti itu sama sekali tidak pernah diajarkan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, padahal seharusnya (pasti) Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyembunyikan syariat. Menganggap spesial saja tidak dikenal maka bagaimana lagi jika merayakannya yang jelas lebih kemirip-miripan tradisi orang kafir?
Mengganti Ucapan ‘Selamat Ulang Tahun’ dengan Bahasa Arab
Walaupun diganti dengan ucapan bahasa Arab yang mulia, ucapan batil tetaplah ucapan batil. Walau tanpa memberi ucapan, interaksi sosial yang diajarkan Islam sudah paling sempurna, tidak mengotori ukhuwah Islamiyyah dan tidak mengotori syariatnya yang sempurna, jadi tak ada dosa tidak mengucap selamat ulang tahun, malah ini adalah jalan yang lebih baik dibanding mengucapkannya karena ini merupakan berlepas dirinya dari tradisi orang kafir.
Walaupun diganti dengan ucapan bahasa Arab yang mulia, ucapan batil tetaplah ucapan batil. Walau tanpa memberi ucapan, interaksi sosial yang diajarkan Islam sudah paling sempurna, tidak mengotori ukhuwah Islamiyyah dan tidak mengotori syariatnya yang sempurna, jadi tak ada dosa tidak mengucap selamat ulang tahun, malah ini adalah jalan yang lebih baik dibanding mengucapkannya karena ini merupakan berlepas dirinya dari tradisi orang kafir.
Apa salahnya mengikuti budaya ini? Apa bahayanya?
Bagi seorang muslim, dia akan membenci jika Allah dibuat tandingan, dibuat sekutu-sekutu, dan tidak mengimani bahwa Allah Maha Esa. Maka jelas, seorang muslim sejati tidak menyukai pelaku kekafiran karena telah merendahkan Allah. Salah satu yang wajib dibenci adalah kebiasaan dan tradisi mereka, ini tercakup dalam ayat,
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya” [QS. Al Mujadalah: 22]
Dan dari sinilah, dengan mengikuti tradisi mereka perlahan-lahan bisa menjadi bahaya bagi iman kita. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
رَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى؟ قَالَ فَمَنْ؟
“Sungguh, kalian akan mengikuti langkah orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, dan sehasta demi sehasta. Kalaupun mereka menempuh jalur lubang dhabb (binatang sejenis biawak), niscaya kalian akan menempuhnya.” Kami mengatakan, “Ya Rasulullah, apakah jalan orang-orang Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR. al-Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 4822 dari sahabat Abu Sa’id al- Khudri radhiyallahu ‘anhu)
Rasulullah menganggap spesial hari ulang tahun beliau?
Pendapat ini berdalilkan dengan hadits. Dari Abu Qotadah Al Anshori radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab,
ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ
“Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.” (HR. Muslim no. 1162)
Ya benar. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya tiap pekan bukan tiap tahun, bukan secara tanggal atau bulan.
Apa salahnya mendoakan di hari ulang tahun?
Mengapa harus di hari ulang tahunnya? Ada apa dengan hari ulang tahun? Memang tidak salah mendoakan saudara kita seiman, lalu kenapa mengkhususkannya di hari ulang tahun? Yap. Jawabannya karena kita sudah menganggapnya spesial dan tak lain dan tak bukan hanya karena informasi-informasi yang kita dapatkan dalam kehidupan sehari-hari bahwa orang kafir menganggapnya spesial bukan karena mendapatkan informasi bahwa Islam juga menganggapnya spesial.
Muslim Harusnya Mewarnai, Bukan Diwarnai
Muslim itu seharusnya mewarnai, memberi warna, bukan malah diwarnai, dikasih pengaruh, sehingga warna muslim itu berubah. Maka, mulai dari sekarang kita menolak yang namanya mengucapkan ‘Selamat Ulang Tahun’ dan tidak merayakan hari ulang tahun karena Allah dengan alasan: 1.) bukan berasal dari Islam; 2.) Islam tidak menganggapnya spesial; 3.) semua kebaikan sudah disampaikan di Islam beserta tuntunannya secara sempurna, tapi merayakan ulang tahun tidak dikenal Islam sebagai kebaikan; 4.) adanya ancaman bagi siapa saja yang mengikuti kebiasaan orang kafir, sehingga berbahaya untuk akidahnya; 5.) jika saja mengucapkan ulang tahun adalah kebaikan tentu saja para sahabat Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, generasi terbaik, sudah lebih dahulu melakukannya ketimbang kita-kita ini.
Sikap yang Islami Menghadapi Hari Ulang TahunJika demikian, sikap yang Islami dalam menghadapi hari ulang tahun adalah: tidak mengadakan perayaan khusus, biasa-biasa saja dan berwibawa dalam menghindari perayaan semacam itu. Mensyukuri nikmat Allah berupa kesehatan, kehidupan, usia yang panjang, sepatutnya dilakukan setiap saat bukan setiap tahun (balik lagi bertanya, mengapa harus di hari ulang tahun). Dan tidak perlu dilakukan dengan ritual atau acara khusus, Allah Maha Mengetahui yang nampak dan yang tersembunyi di dalam dada. Demikian juga refleksi diri, mengoreksi apa yang kurang dan apa yang perlu ditingkatkan dari diri kita selayaknya menjadi renungan harian setiap muslim, bukan renungan tahunan.
Wabillahi taufiq wal hidayah.
Wallahu a’lam.
Referensi:
http://asysyariah.com/akidah-ketika-orang-islam-telah-meniru-orang-kafir/
http://abuayaz.blogspot.com/2010/07/ternyata-ulang-tahun-ada-dalam-injil.html
http://muslim.or.id/manhaj/sikap-yang-islami-menghadapi-hari-ulang-tahun.html
terimakasih
BalasHapus