Langsung ke konten utama

Sahibul Mushola 7

NB: Cerita "Sahibul Mushola" ini bukan kisah nyata, bukan juga diary saya. Cerita ini hanyalah fiktif. :)
Baca cerita sebelumnya di sini, ya :)

Tak terasa, ternyata aku sudah tidur selama 3 jam dari jam 9 pagi tadi. Mungkin karena semalam aku cuma tidur 2 jam di rumah Farouq. Entah kenapa aku kali itu bisa tidur nyenyak padahal ada kertas aneh itu lagi, kertas yang didapat Hafiz dan kawan-kawan di jalan.

Sekali lagi pertanyaan itu keluar: "Kenapa pengirim atau peletak kertas itu bisa tahu aku ada di sekitar jalan itu?"

Seperti biasa, kalau aku baru bangun, aku selalu tampak keren. Rambutku yang lebat menjadi berantakan. Yah, ini sekalian pemujian diri sendiri daripada tidak ada yang memuji. :D Dan aku tidak pernah menata rapi rambutku yang suka berantakan jika baru bangun tidur.

Setelah melihat jam, seperti biasa, aku kembali merebahkan badan untuk "tidur-tiduran ayam" karena memang  masih atau lebih tepatnya "tidak ada" hal yang perlu dikerjakan.



Baru saja 10 detik aku merebahkan badan, aku langsung teringat: kayaknya aku harus memberi tahu masalah surat misterius ini pada emakku.

Langsung aku beranjak dari tempat tidurku dan pergi menemui ibuku. Ku lihat emakku berada di ruang keluarga.

Tanpa segan aku langsung berbicara, "Mak... abang semalam.. eh sebenarnya 17 hari yang lalu abang..."
"Oh, Mran. Udah bangun. Tadi emak dapat telepon dari Ayah. Katanya Ayah mau pulang 3 hari lagi", kata Emak memotong pembicaraanku.
"Eh, iya, Mak? Mantaplah. Oh, ya udah 3 bulan aja, ya, Mak Ayah pergi", kataku antusias. Alhamdulillah. Aku sangat rindu dengan Ayahku. Dan 3 hari ke depan katanya aku akan ketemu Ayahku.
"Kok mak gak banguni abang? Abang kan juga rindu sama Ayah", kemudian muncul rasa kecewaku sama Emak. Apa yang Emak pikirkan sampai aku tidak bisa mendengar suara Ayah di telepon? Apa susahnya banguni aku?
"Eh, iya. Tadi, Ayahmu juga buru-buru".
"Gak bisa sebentar aja, Mak abang dengar suara Ayah?"
"Buru-buru, Mran. Buru-buru", kata Emak menegaskan.

Dan aku langsung ke kamar lagi. Niatku memberi tahu masalahku pada Emak hilang sudah.

Untuk sementara aku menyimpan masalahku ini sendiri bersama Sahibul Mushola.

***

Dan muncullah hari Senin itu. Aku sekolah lagi, dan tidak bisa tidur puas lagi seperti hari Minggu.

Sampai sekolah, seperti biasa aku tidur lagi di mejaku. Satu-satunya alasan aku malas sekolah adalah bangun pagi. Dan salah satu alasan yang buat aku semangat untuk sekolah adalah Sahibul Mushola. Dan aku pun tidur sampai bel masuk berbunyi.....

***

Bel istirahat pertama berbunyi. Aku langsung menuju kantor BP. Selama 18 hari ini aku ragu untuk menanyakan pada guru BP mengenai surat misterius itu, karena ku pikir surat itu memang hasil kerjaan orang iseng yang repot. Bayangkan saja, isengnya sampai melibatkan kantor pos.

Sampai kantor BP, aku menemui guru BP yang menerima surat misterius yang pertama yang dikirimkan oleh Tukang Pos. Aku langsung angkat bicara setelah menyalaminya.
"Bu, maaf, bu, saya mau menanyakan sesuatu", kataku.
"Yah, silahkan aja, Nak" kata Ibu itu sambil memegang tanganku dengan pandangan mata yang lembut. Entah kenapa kebanyakan guru BP ini aneh dan terlalu baik.
"Eng.. gini, bu. Ibu masih ingat sama surat yang pernah dikirim ke Ibu 2 minggu lalu? Surat itu dikirim Tukang Pos untuk Hafiz"
Ibu itu diam sejenak, lalu berbicara, "Oh, ya. Ibu ingat. Memang kenapa?"
"Maaf, bu. Saya mau tau bagaimana surat itu dikirm atau.."
"maksudnya?"
"Eng.. saya mau tau aja, bu. Cara-cara Tukang Pos itu memberi surat itu bagaimana, bu? Melalui Ibu langsung atau gimana, Bu?"
"Oh.. itu......................................."

***

Akhirnya aku dapat sedikit pencerahan. Pulang sekolah aku langsung menuju mushola dan menjumpai Sahibul Mushola.

"Oy, Li. Kau kok gak Solat Dhuha tadi?" tanya Naufal.
"Eng.. gini.. masalah surat itu", kataku.
"Hahaha.. itu lagi," kata faruq yang memang terlihat lucu sepertinya. Aku juga ikutan tertawa.
"Hahaha..iya. sekarang aku dapat sedikit pencerahan," kataku.
"Pencerahan gimana?" tanya Bayu.
"Sekarang aku dapat alamat kantor pos itu. Dan aku akan.....

#Bersambung ke Sahibul Mushola 7
Jangan lupa share di twitter dan facebook, ya! :) Sekalian klik like di bawah! :D

Komentar