Note: Cerita ini bukanlah cerita sinetron. Apalagi cerita cengeng. Cerita ini adalah cerpen. Ingat! Ini blog. Bukan sinema elektronik. Jadi kalo ada bagian yang agak lebay, itu karena gue habis nonton sinetron.
Info: Kalo belum baca cerita sebelumnya, klik ini
***
Spontan kalimat surat itu membuat semuanya tertuju padaku. Semuanya terkejut, dan aku punya rasa lebih dari itu.
"DIMANA MUHAMMAD ALI IMRAN?"
Itu kalimat surat itu.
Kenapa surat itu sampai pada Hafiz? Kenapa surat itu dikirim Tukang Pos? Kenapa?
Sementara mereka masih melihatku dengan pandangan tajam, aku langsung merebut surat itu dari tangan Hafiz, kemudian berlari menuruni tangga.
Semoga saja guru BP belum pulang.
Sampai di kantor BP, aku melihat salah satu guru BP yang sedang makan. Bukan. Dia bukan orang yang menerima surat itu.
"Eh, nak. Kenapa lari-lari kamu?"
Namun, ku jawab dengan: "Haaa"
Lantas aku berjalan menuju mushola. Aku sempat lupa, kalau aku belum solat zuhur.
Setelah solat, aku keluar mushola dan menemukan Sahibul Mushola.
"Kalian udah solat?" tanyaku.
"Belum", kata Ilham.
"Solatlah sana".
Mereka pun solat.
Selama mereka solat, yang kupikirkan hanyalah surat itu. Ku pikir ini masalah Hafiz, tapi malah sebenarnya itu masalahku. Masalah mistis.
Bersambung ke Sahibul Mushola 5
Info: Kalo belum baca cerita sebelumnya, klik ini
***
Spontan kalimat surat itu membuat semuanya tertuju padaku. Semuanya terkejut, dan aku punya rasa lebih dari itu.
"DIMANA MUHAMMAD ALI IMRAN?"
Itu kalimat surat itu.
Kenapa surat itu sampai pada Hafiz? Kenapa surat itu dikirim Tukang Pos? Kenapa?
Sementara mereka masih melihatku dengan pandangan tajam, aku langsung merebut surat itu dari tangan Hafiz, kemudian berlari menuruni tangga.
Semoga saja guru BP belum pulang.
Sampai di kantor BP, aku melihat salah satu guru BP yang sedang makan. Bukan. Dia bukan orang yang menerima surat itu.
"Eh, nak. Kenapa lari-lari kamu?"
Namun, ku jawab dengan: "Haaa"
Lantas aku berjalan menuju mushola. Aku sempat lupa, kalau aku belum solat zuhur.
Setelah solat, aku keluar mushola dan menemukan Sahibul Mushola.
"Kalian udah solat?" tanyaku.
"Belum", kata Ilham.
"Solatlah sana".
Mereka pun solat.
Selama mereka solat, yang kupikirkan hanyalah surat itu. Ku pikir ini masalah Hafiz, tapi malah sebenarnya itu masalahku. Masalah mistis.
Bersambung ke Sahibul Mushola 5
Komentar
Posting Komentar