Jadi gini, tadi pas pulang sekolah, seperti biasa, gue langsung ke mushola. Jadi, di sinilah cerita itu bermula.
Gue kan waktu itu lapar keras. Nah, terus gue ngomong sama temen gue.
Gue: Zhafri, sudahkah diri kamu makan siang?
Zhafri(orang yang biasa dipanggil Kokom): Diri saya belum makan, teman.
Nah, dari sini, gue jadi terpikir, kalimat baku itu tidak penting. Yap. NGGAK PENTING. Liat aja tu, kalimat yang bisa diucapkan dengan mudah dan singkat, gara-gara kalimat baku, kalimat itu susah diucapkan. Nih, gue kasih beberapa contoh.
Kalimat baku: Wahai teman sepermainan diriku, sudahkah diri kamu makan siang?
Kalimat tidak baku: Eh, lo udah makan?
Kalimat baku: Hai, teman. Diri kamu sedang melakukan apa di tempat di mana diriku berada?
Kalimat tidak baku: Eh, ngapai lo dekat gue?
Kalimat baku: Diriku sangat ingin menjadi ahli teknik perkapalan. Demi pernyataan tersebutlah, diriku melaksanakan bimbingan belajar di Ganesha Operation.
Kalimat tidak baku: Gue mau jadi ahli teknik perkapalan, makanya gue bimbel di GO.
Kalimat baku: Wahai, Akbar, teman satu sekolahku sekaligus merangkap menjadi teman di mushola. Sesungguhnya diriku tadi melihat jam yang ada di tanganmu tersebut. Diriku menerka bahwa harga jam tersebut pasti mahal. Berapakah harga jam tersebut?
Kalimat tidak baku: Eh, bar. Berapa jam tangan lo?
Kalimat baku: Eh, para teman yang kenal diriku. Sudahkah kalian sholat zuhur di mushola?
Kalimat tidak baku: Eh, kelen udah solat?
Nah, cemana untuk nulis nulis surat resmi? Misalnya mau nge-lamar kerja?
Jawabannya: Menurut gue, nulis surat lamaran kerja gak perlu segitunya kali kalimatnya. Menurut gue, sih, kalo kitanya dari awal udah pake bahasa sehari-hari pada surat lamaran kerja, kayaknya kita nggak perlu ribet lagi memikirkan kalimatnya. Kan yang penting maksudnya, dan kesopanannya. Masa' gak ada sih kalimat tidak baku yang sopan?
Hehehehe...
Tapi, gue tau itu gak mungkin..
Gue kan waktu itu lapar keras. Nah, terus gue ngomong sama temen gue.
Gue: Zhafri, sudahkah diri kamu makan siang?
Zhafri(orang yang biasa dipanggil Kokom): Diri saya belum makan, teman.
Nah, dari sini, gue jadi terpikir, kalimat baku itu tidak penting. Yap. NGGAK PENTING. Liat aja tu, kalimat yang bisa diucapkan dengan mudah dan singkat, gara-gara kalimat baku, kalimat itu susah diucapkan. Nih, gue kasih beberapa contoh.
Kalimat baku: Wahai teman sepermainan diriku, sudahkah diri kamu makan siang?
Kalimat tidak baku: Eh, lo udah makan?
Kalimat baku: Hai, teman. Diri kamu sedang melakukan apa di tempat di mana diriku berada?
Kalimat tidak baku: Eh, ngapai lo dekat gue?
Kalimat baku: Diriku sangat ingin menjadi ahli teknik perkapalan. Demi pernyataan tersebutlah, diriku melaksanakan bimbingan belajar di Ganesha Operation.
Kalimat tidak baku: Gue mau jadi ahli teknik perkapalan, makanya gue bimbel di GO.
Kalimat baku: Wahai, Akbar, teman satu sekolahku sekaligus merangkap menjadi teman di mushola. Sesungguhnya diriku tadi melihat jam yang ada di tanganmu tersebut. Diriku menerka bahwa harga jam tersebut pasti mahal. Berapakah harga jam tersebut?
Kalimat tidak baku: Eh, bar. Berapa jam tangan lo?
Kalimat baku: Eh, para teman yang kenal diriku. Sudahkah kalian sholat zuhur di mushola?
Kalimat tidak baku: Eh, kelen udah solat?
Nah, cemana untuk nulis nulis surat resmi? Misalnya mau nge-lamar kerja?
Jawabannya: Menurut gue, nulis surat lamaran kerja gak perlu segitunya kali kalimatnya. Menurut gue, sih, kalo kitanya dari awal udah pake bahasa sehari-hari pada surat lamaran kerja, kayaknya kita nggak perlu ribet lagi memikirkan kalimatnya. Kan yang penting maksudnya, dan kesopanannya. Masa' gak ada sih kalimat tidak baku yang sopan?
Hehehehe...
Tapi, gue tau itu gak mungkin..
Komentar
Posting Komentar