Langsung ke konten utama

Pretence

Cerita ini adalah cerita bersambung. Alangkah baiknya untuk terus membacanya ke serial ketiga. Kalo gak enak, close aja. Hahaha

"Ayolah. Kayaknya udah telat nih", kata Zhafran sambil melihat jam.
"Bentar ya", Dina masih sibuk dengan laptopnya.

Terpaksa Zhafran tetap menunggu Dina mengetik proposal di laptopnya. hari ini mereka mau mengantar proposal itu ke beberapa perusahaan untuk mencari dana demi kegiatan mereka. Rencananya Zhafran, Dina dan beberapa anggota organisasinya akan pergi ke luar negeri untuk studi banding. Maka dari itu, untuk meringankan pengeluaran mereka, mereka mengajukan proposal ke beberapa perusahaan.


"Oke, udah siap"
"Kita print"

Mereka pun pergi ke percetakan untuk nge-print proposal.

Setelah itu, mereka mengantar proposal itu ke berbagai perusahaan.

Rencananya, Zhafran dan Dina akan mengantar propsal dengan Genta besok. Mereka akan ketemu di kafe tempat mereka biasa berkumpul.

***

Sudah 5 menit Zhafran menunggu di kafe. Baru seperempat gelas dia minum.
"Hey, Zhaf" Genta setengah berteriak ke Zhafran. Zhafran malu habis.
"Oh, Gen. Lama amat".
"Sorry, tadi gue ada acara"
"Acara apaan?"
"Acara telat bangun"
"Yaelah"
"Dina mana?"
"Belom datang dia."

15 menit kemudian.
"Oi", Dina mengejutkan Zhafran dari belakang
"Astaghfirullah Din..din. Bikin kaget aja"
"hahaha.. Sorry"
"Darimana lu?" Genta bertanya.
"dari rumah"
"kok lama?"
"Habis telat bangun"
"Sama aja kalian berdua" Zhafran menggerutu.

"Oke, kita berangkat?"
"Oh, iya. Gue lupa bilang" kata Genta.
"Apaan, Gen?"
"Si Indah udah nunggu kita di PT. Cahaya Mentari. Dia mau bantu kita nyebari proposal ini. Soalnya dia ada relasi dengan perusahaan itu"
"Wah, bagus itu"
"yep. Yuk, kita berangkat" kata Zhafran.

Mereka pun berangkat dengan naik mobil Dina.

Setelah menempuh perjalanan selama 15 menit, mereka tiba di PT. Cahaya Mentari.

"Indah mana?" tanya Zhafran.
"Hemm, oh dia SMS. Oke, katanya dia di bagian Marketting. Yuk, ke sana."

Mereka pun ke bagian Marketting sesuai dengan kata Indah di SMS. Sesampai di sana, mereka ketemu Indah. Indah cewek yang biasa saja. Tidak berdandan tebal seperti kuntilanak. Hanya saja, senyumnya sangat manis.
"Sorry, Ndah. Lama" kata Genta sambil menyalami Indah.
"Oh, gak papa.. Ini temen-temen lo? Hai. Indah." Indah menyalami Dina.
"Dina."
"Gue Zhafran" kata Zhafran buru-buru sebelum Indah menyalaminya. Dia tidak mau bersentuhan sama lawan jenis yang bukan muhrimnya. Soalnya kata Rasulullah, beliau lebih baik kepalanya ditusuk-tusuk dengan besi panas daripada menyentuh lawan jenis yang bukan mahramnya.

Mereka pun ke bagian penerimaan tamu, kemudian mengajukan proposal . Propsal diterima dan akan diproses selama beberapa hari.

BERSAMBUNG.

Komentar