Langsung ke konten utama

Pretence 2

Esoknya, Zhafran, Dina dan Genta juga mengantar proposal. Dan seperti kemarin, mereka berkumpul di kafe biasa mereka.

Kali ini tidak ada yang telat dari waktu yang ditentukan. Semua datang lebih awal dari waktu yang ditentukan. Di kafe itu mereka bercanda dan asyik ngobrol tentang apa saja.

"Oh iya. Indah nanti ikut lagi gak, Gen?" tanya dina.
"oh, iya. Pasti. Banyak perusahaan yang punya relasi sama bokapnya. Jadi dia mau bantu kita juga."
"wah, hebat ya"
"Kita nggak berangkat sekarang?" tanya Zhafran.
"Yah, masih jam berapa ni, Zhaf. Cepat banget" kata Genta.
"Yah, kan lebih cepat lebih baik." Jiwa kedislipinan Zhafran keluar.
"nanti aja ya."
"Kan gak salah kita cepat-cepat".
"Kita kan masih bisa bercanda di sini. Ya, gak, Din?"
"Mau jumpa sama siapa sih, Zhaf? Cepat banget" kata Dina.
"Sama siapa? Yah gak adalah."
"Mau jumpa sama office girl nya, kan" kata Genta.
"Ya kagaklah. Gue gak doyan sama office girl. Gue ya doyannya sama Mak Erot"
"Masya Allah. Lo punya penyakit suka sama orang yang jauh lebih tua ya." kata Dina bercanda.
"Hahaha.." Zhafran tertawa.
"Hayo, mau ketemu sama siapa?" tanya Dina.
"Gue mau jumpa sama Indah. Puas lu." kata Zhafran asal tanpa tahu akibatnya.
"Cailah"

Mereka akhirnya berangkat ke PT. Gunung Dua Nusa.

Setiba di sana, Indah sudah menunggu di bagian penerimaan tamu.
"Hai, semua" kata Indah dengan ramah. Senyum manisnya keluar.

Senyuman itu sudah biasa dilihat Zhafran dari kemarin. namun entah kenapa hari ini rasanya beda. Ada yang lain dari biasanya. jauh lebih manis, pikirnya.

"Zhafran, ini Indah. Katanya lo mau ketemu sama dia." kata Dina.
"Yaelah, din. Gue tadi kan bercanda."
"Hati-hati, Zhaf. Jangan asal bercanda" kata Genta dengan tersenyum.

Mereka pun mengajukan propsal ke perusahaan itu. Syukur, proposalnya diterima.

Mereka pun mengobrol berempat. Saling memberi tahu riwayat hidup masing-masing. Zhafran, Genta, dan Dina dapat teman baru: Indah.
Saat Dina mengobrol berdua dengan Indah, Zhafran pun berbisik pada Genta dengan sikap biasa.
"Gen, maksud lo tadi apa?"
"Yang mana. Oh, itu ya. Serius, gue pernah juara 1 waktu SD"
"Bukan. Maksud lo "jangan asal bercanda" tadi apaan? Itu loh pas pertama nyampe di sini."
"Oh itu, toh. Hemm. Jangan asal bercanda aja. Kan tiba-tiba bisa beneran. Hehehe"
"Serius lo?"
"Beneran"

***

Di perjalanan pulang, di mobil dina, Zhafran membuka pembicaraan.
"Eh, kayaknya gue kenak batunya deh"
"Kenapa, Zhaf?" tanya Dina.
"Gue jadi beneran mau ketemu sama Indah"
"Eh, Zhaf. Cailah." Dina nyerocos.
"Astaghfirullah"
"Kok istighfar, Zhaf?" Genta bertanya.
"Gue takut beneran suka sama Indah."
"Kok takut?"
"Dosa yang lo takuti?"
"Yaelah, Zhaf..Zhaf.. Rasa suka wajar loh"
"Tapi, kalau gue nanti tergoda sampai mau pacaran gimana? Lo kan tau, gue tobat gak mau pacaran lagi. Gue udah tau pacaran itu hal yang kekanak-kanakan dan lucu.."
"Terus, masa' ada kata 'putus' di dalam pacaran. Emang udah berhubungan apa? Terus di pacaran ada pegangan tangan. Padahal itu kan haram. Itu maksud lo?" kata Dina memotong pembicaraan Zhafran.
"Terus kalo..."
"Kalopun cuma SMS-an doang tanpa pegangan tangan, kan udah termasuk hal yang lucu juga. Apa bedanya sama berteman biasa. Gak ada istimewanya kan" kata Genta memotong pembicaraan Zhafran.
"Lha, lo udah hafal rupanya."
"tapi, kan, Zhaf. Kayaknya rasa suka itu wajar." kata Dina.
"Gue juga takut tergoda"
"Oh, gini aja. rasa suka itu wajar, tapi pacaran itu gak wajar. Gimana?"
"Boleh-boleh"

BERSAMBUNG.

Komentar