Langsung ke konten utama

Alhamdulillah, Segala Puji bagi Allah

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah. Perjuanganku setahun terakhir ini menghasilkan sebuah kenyataan yang luar biasa. Les 2 hari seminggu di Ganesha Operation (sengaja lengkap nulis nama bimbelnya biar SEO :D), ditambah 1 bulan penuh sebelum ujian tulis SNMPTN, ternyata membuahkan hasil yang Alhamdulillah memuaskan.

Sebelum ujian tulis SNMPTN, aku sudah banyak mengikuti tes-tes ujian masuk perguruan tinggi kedinasan. Pertama sekali, aku ikut seleksi masuk salah satu Sekolah Tinggi Teknologi di Yogyakarta . Pada seleksi ini, aku menaruh pilihan Teknik Informatika di pilihan pertama dan Teknik Penerbangan di pilihan kedua. Alhamdulillah, tanpa diduga-duga, aku lulus di pilihan pertama. Aku lulus dengan 2 orang temanku satu sekolah. Di pengumuman kelulusan, bagi peserta yang lulus seleksi, diwajibkan membayar uang pangkal yang besarnya jutaan rupiah dalam waktu 2 minggu (kalo gak salah). Nah, di sinilah letak kegalauan itu. Uang segitu banyak harus dibayarkan dalam waktu yang bagi saya, itu sangat cepat. Dan, akhirnya aku melepas STT di Yogyakarta ini. Akhirnya, aku pun kembali fokus ke SNMPTN (karena ini memang tujuan utamaku).

Setelah itu, aku ikut Seleksi Akademi Metereologi dan Geofisika. Aku juga menaruh harapan yang agak besar pada seleksi ini, karena soal-soalnya juga lumayan umum dan bisa dikerjakan. Namun, aku GAGAL. G.A.G.A.L. Hahaha... Aku mengecewakan orang tuaku kali ini. Uang pendaftaran yang udah terbayar gak bisa dikembalikan.

Setelah mengalami kegagalan pertama, aku mengikuti Ujian Saringan Masuk Sekolah Tinggi Ilmu Statistika, sebuah perguruan dengan ikatan dinas. Aku juga menaruh harapan yang besar pada Ujian ini karena adanya tawaran yang menggiurkan jika sudah lulus dari STIS, dapat kerja di Badan Pusat Statistika. Soal-soal ujiannya agak sulit, dan aku tentu harus belajar keras. Selama persiapan untuk menghadapi Ujian ini, aku belajar setiap malam. Bahas-bahas soal yang pernah keluar di tahun-tahun sebelumnya. Saat hari H, aku lihat soal-soal pada hari itu beberapa di antaranya mirip dengan soal-soal di tahun sebelumnya. Ini merupakan suatu bonus bagiku. Namun, banyak juga soal yang sulit. Saat hari pengumuman, aku dinyatakan GAGAL. Gagal lagi.

Beberapa hari setelah itu, pengumuman SNMPTN Jalur Undangan. Yah, Alhamdulillah, aku dapat jatah Undangan yang pada saat itu, yang dapat jatah undangan adalah 50% siswa terbaik Semester 3, 4, dan 5. Undangannya....aku gagal. Gagal lagi. Aku berusaha kuat (cailah, bahasanya). Aku tetap mengucapkan selamat buat teman-temanku yang berhasil di jalur ini.

Harapan terakhirku adalah SNMPTN Tertulis. Banyak temanku yang udah punya pegangan jika gagal di jalur ini. Pegangan di sini maksudnya sudah ada universitas atau insitut yang menerimanya. Sedangkan aku, belum ada megang satupun (waktu itu, aku agak menyesal karena sudah melepas STT di Yogyakarta itu).

Satu bulan intensif lesku penuh dengan kegalauan. Begitu banyak tes-tes masuk yang muncul, seperti Telkom, dll. Aku agak ragu mengikuti tes itu karena biaya pendaftarannya agak mahal dan belum tentu lulus (oke. ini pemikiran yang sangat salah. jangan ditiru kalimat terakhir). Satu bulan intensif ini, aku baru klop sama pemilihan jurusan. Padahal sebelum itu, aku sempat berubah-ubah pikiran. FYI, saat kelas satu SMA, aku pengen masuk FK USU. Saat kelas 2 SMA, aku pengen FTTM ITB. Saat kelas 3 SMA, aku pengen FMIPA ITB dan Geofisika UGM.. Saat pemilihan jurusan di Undangan, aku milih Teknik Material dan Metalurgi sama Teknik Perkapalan UI dan ITS. Benar-benar labil. Tapi, semuanya yang aku pilih itu berdasarkan passion kecuali FK. Aku memang nggak suka sama Biologi. Hehehe.. Maklumlah, saat itu masih kelas 1 SMA.

Kalau aku gagal SNMPTN Tertulis, mungkin harapan terakhir aku adalah Ujian Masuk Bersama (yang biaya pendaftarannya mahal) dan Ujian Saringan Masuk Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

Waktu itu, pada tanggal 12 Juni 2012, hari pertama Ujian Tulis SNMPTN,
aku ujian. Sendirian, karena gak ada teman satu sekolah yang dapat lokasi ujian di tempatku ujian itu. Kebanyakan mereka mengambil Panlok USU, sedangkan aku mengambil Panlok Unimed.
Keesokan harinya, tanggal 13 Juni 2012, ujian hari kedua. Keesokan harinya lagi, aku meriksa jawabanku dengan mencocokkan kunci jawaban yang dikeluarkan bimbel-bimbel via online. Setelah memeriksa, aku senang luar biasa. Passing grade aku memungkinkan aku lulus di FMIPA ITB (Oh, ya. FYI, di SNMPTN Tulis ini aku milih FMIPA ITB dan Geofisika UGM). Aku sujud syukur setelah memeriksa nilai ujianku. Tapi, tiba-tiba kegalauan muncul. Aku jadi sempat ragu. Apakah aku sudah benar-benar membulatkan semua data-data LJU? Kegalauan yang paling dalam adalah keraguan di soal TPA. Aku ragu apakah aku sudah membulatkan kode soalnya. Sejak itu, sampai pengumuman, setiap saat, aku memikirkan ini. Betapa ruginya aku gagal karena lupa membulatkan kode soal. Rugi sekali. Apalagi, kalaupun memang lupa membulatkan kode soal TPA, aku tetap tidak lulus di pilihan kedua.

Setiap hari sebelum pengumuman, aku berdoa agar diberi kelulusan di pilihan keberapa pun itu, asal lulus.
Nah, saat hari pengumuman, tanggal 6 Juli 2012 (seharusnya tanggal 7 Juli 2012), jam 6 sore aku galau. Aku terus refrseh page pengumumannya. Saat jam 7 malam, aku mulai memasukkan nomor pendaftaranku dan tanggal lahir. Hasilnya belum keluar. Web-nya down (mungkin karena banyak yang melihat)

Aku melihat beberapa teman-temanku yang sudah mendapat kabar gembira di twitter. Sedangkan aku belum mengetahui nasibku sampai satu jam kemudian. Sampai jam setengah 8, mama tetap menunggu untuk melihat pengumuman. Namun, beberapa saat kemudian mama pergi, karena beliau emang harus pergi mengikuti pengajian. Tinggallah aku dan ayah di rumah.

Jam 8 malam, sudah banyak teman-temanku yang mendapat kabar gembira. Dan aku kembali melihat pengumuman.

Kulihat layar laptopku. Kukucek-kucek mata. Apa ini benar-benar nyata? Hahaha... Yah, ternyata emang nyata.

Pengumuman:
klik untuk mempergede tulisan Universitas Gadjah Mada

Ternyata kode soal TPA ku terisi. Ternyata perjuangan sebulan intensif sendirian tanpa teman, naik angkot setiap hari dengan jaraknya lumayan jauh, membuahkan hasil yang memuaskan. Alhamdulillah.

Pelajaran yang bisa diambil:
1. Berusahalah sesuai kemampuan kita (gak perlu semaksimal mungkin sih. tapi, yah, berusaha sesuai kemampuan sama dengan berusaha maksimal ya? Hahaha..iya juga sih :D)
2. Banyak berdoa. Nah, saya punya pengalaman tersendiri. Pada bulan Desember 2011, melalui akun twitternya, Ustadz Yusuf Mansur, beliau berkata kurang lebih seperti ini: "Kalau saudara/i punya keinginan, pengen lulus ujian, pengen dapat rezeki, pengen punya anak, coba sholawat 100 kali setelah sholat fardhu, sholat Dhuha, dan sholat Tahajjud". Yah, begitulah. Amalkan.
3. Jangan pesimis sebelum mendapat kabar yang nyata. Ada beberapa orang yang berkata seperti ini: "Kalau hasilnya buruk, berarti itu bukan jalanku" atau "Prepare for the worst, deh" melalui akun twitter-nya (maaf no offense). Ini gak salah sih. Gak buruk. Tapi, gak bener juga sih menurut saya. Apa salahnya sih kita terus berdoa memohon kelulusan sampai pengumuman itu tiba? Daripada ngomong gitu, kan. Iya, nggak? Kalau memang niatnya untuk bertawakkal, ya boleh. Tapi, tawakkal bukanlah berarti kita meninggalkan doa. Berdoalah terus. Terus sampai kabarnya datang.
4. ini yang paling penting. Sebelum mengerjakan ujian pada saat ujian tertulis, semua data-data harus dipastikan sudah dibulatkan dengan benar. Lalu, kerjakanlah soal-soalnya. Ingat! Periksa data dulu, baru kerjakan soal ujian.
5. "Pilihan keberapa pun kita lulusnya, percaya saja, bahwa Allah sudah menyiapkan jalan kita menuju kebaikan dari jalan itu"
6. Bagi yang belum berhasil, percaya saja, bahwa Allah juga sudah menyiapkan kebaikan dari jalan lain. Wong, saya juga sering gagal kok. :)

Komentar